Posted by Rahayu Rista Astari
Kisah Tertoreh di Raja Ampat
Judul novel :
Rindu Terpisah di Raja Ampat
Penulis :
Kirana Kejora
Penerbit :
Zettu
Kota terbi :
Jakarta
Tahun terbit : 2015
Cetakan : 1
(pertama)
Tebal buku : 276
halaman
ISBN :
978-602-1298-60-2
Raja Ampat, sebuah pulau di barat laut kawasan kepala burung Papua
Barat. Pulau yang menyimpan sejuta keindahan alam visual yang sanggup
mneyejukkan kedua mata. Baik daratannya maupun kawasan bawah lautnya. Serta
pemandangan bawah laut yaitu gugusan terumbu karang kekayaan biota laut di
dalamnya. Pulau ini merupakan surga yang terletak di bagian timur Indonesia, apalagi bagi para penyelam kawasan
ini merupakan surga tersendiri untuk dijadikan petualangan diving mereka.
Kawasan Raja Ampat ini, dulunya ditemukan oleh ahli perikanan Australia,
Doctor Gerald Allen melalui penelitiannya, sejak saat itu Raja Ampat menjadi
kawasan coral triangle dunia.
(Hal153). Rupanya inilah, latar yang dijadikan Kirana Kejora dalam menyusun
novel ke 14 nya yang berjudul “Rindu Terpisah di Raja Ampat”.
Novel ini, membawa kita untuk menyelami sekaligus melihat betapa
indahnya surga di kepulauan Raja Ampat ini. Sekaligus membawa kita untuk sadar
akan pentingnya potensi sumber daya kelautan yang terdapat di Raja Ampat. Novel
ini juga memaparkan tentang kondisi masyarakat yang bermatapencaharian sebagai
nelayan di sekitar wilayah Raja Ampat.
Kirana Kejora, penulis novel yang juga lulusan sarjana perikanan di
Universitas Brawijaya Malang ini menyajikan novelnya dengan narasi yang di dalamnya banyak
mengandung nilai edukasi ekologi kelautan terutama, psikologis, sosiologis,
ekosistem, serta keadaan masyrakat nelayan yang sebenarnya di lapangan.
Novel ini berangkat dari perpaduan antara kisah fakta dan fiktif penulis
semasa menjalani riset dan kunjungannya di tanah Papua Raja Ampat, sekaligus
juga lulusan sarjana perikanan di Universitas Brawijaya Malang. Terlihat dari
kepiawaian penulis dalam menyajikan novel ini dengan gaya bahasa yang apik
serta menggunakan sastra puitis tentang kelautan di dalamnya. Sehingga pembaca
dibuat larut terhadap cerita di dalamnya. Bahasa sastra yang digunakan oleh
penulis dalam novel ini juga sangat bervariasi dan puitis. Salah satu yang saya
sukai yaitu istilah “Jaleveva Jayamahe”
(Hlm 203) dan “Omne vivum ex oceanic”
yang artinya kehidupan berasal dari laut. (Hlm 207)
Kisah ini bermula saat tokoh perempuan bernama Rindu Eidelweis yang
mendapatkan pekerjaaan yang menugaskannya melakukan riset serta survey tentang
pemberian bantuan sarana dan prasarana infrastruktur untuk menunjang kegiatan
perekonomian masyarakat nelayan terkhusus pada bantuan kapal untuk para
penduduk nelayan di kawasan Kuala Kencana kota Timika Papua dan Raja Ampat. Dan
singkatnya, Rindu Eidelweis di sana bertemu dengan seseorang yang berada dalam
lembaran kisah masa lalunya saat OSPEK pada awal kuliah di jurusan Perikanan
Universitas Brawijaya Malang berpuluh-puluh tahun silam. Seseorang itu ialah
seniornya yang di ia juluki “singa kampus”. Sang senior yang membuatnya
menyimpan dendam masa lalu karena telah membuat hari-hari selama menjalani
kegiatan OSPEK menjadi menyeramkan karena bertubi-tubi hukuman menjatuhinya
dulu.
Terletak di bagian inilah di mana penulis Kirana Kejora mencurahkan
pengalaman pribadinya saat masa OSPEK nya dulu yang juga bertempat di jurusan
Perikanan Universitas Brawijaya Malang dan dijadikan olenya sebuah novel yang
berjudul “Rindu Terpisah di Raja Ampat” ini. Dengan bertemu sang senior “singa
kampus” Rindu terjebak dalam kisah cinta egonya di Raja Ampat. Masih ada
lembaran cerita yang pernah tertunda antara Rindu dengan “singa kampus” itu.
Alur cerita dalam novel ini yakni menggunakan alur maju, dan hanya ada
satu bagian di tengah-tengah cerita yang menggunakan alur flashback yaitu cerita saat OSPEK, bertemunya Rindu Eidelweis dan
sang “singa kampus” yaitu Krang Biru Jalesveva di Universitas tersebut. (Hlm
125)
Membaca novel ini seperti menyelam sambil minum air karena kita dapat
mengambil nilai edukatif mengenai informasi kelautan, segala ekosistem di
dalamnya, istilah-istilah dalam kelautan yang disajikan dalam bentuk novel yang
lengkap dengan kisah prosanya, yang membuat pembaca tidak bosan dengan alur
ceritanya. Di dalamnya kita akan diajak oleh Kirana menyelami, mengenal,
berimajinasi dengan surga sumber daya kelautan yang tercipta di Raja Ampat. Ending atau akhir cerita dalam novel ini
ternyata tidak tertebak, di akhir cerita pembaca akan dikejutkan karena akhir
ceritanya tidak sama dengan kisah cerita cinta yang lain.
Melalui novel ini, secara tidak langsung bisa menyampaikan kritik
terhadap sistem kinerja pemerintah dalam menangani masalah dalam hal ini
pemberian bantuan kapal untuk masyarakat nelayan di Raja Ampat. Yang pada hal
ini perlu adanya evaluasi tingkat lanjut ketika bantuan itu sudah diterima oleh
masyarakat apakah sudah bisa berjalan berkelanjutan atau malah menimbulkan
masalah baru bagi mereka para nelayan.